Kemana Jatuhnya Karma Turunan
Singkat saja, karma turnan akan jatuh kepada orang-orang atau anak
turun yang paling dicinta atau paling disayang. Barangkali hal ini
sebagai bentuk keadilan alam pula. Coba, lebih adil mana jika karma
turunan jatuh ke anak yang paling tidak disayang. Sudah jatuh tertimpa
tangga pula. Nah, tidak sayang atau pun kebencian belum tentu tepat pada
duduk permasalahannya. Kadang hanya karena faktor emosi orang tua dan
parameter yang begitu kompleks. Artinya, kebencian ortu pada anak belum
tentu karena si anak bukan anak baik-baik. Bisa juga disebab faktor
ortunya sendiri. Karena ortu tidak selalu pada pihak yang benar.
Sekalipun ortu di mana-mana sama saja, selalu bilang bahwa semua anak
mendapatkan kasih sayang sama-rata. Tapi kenyataannya tidak demikian,
kita bisa mencermati dari sikap tindaknya kepada masing-masing anak.
Anggap saja hal itu sebagai sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja.
Coba cermatilah diri Anda, apakah sebagai anak yang paling disayang
ortu? Jika di antara Para Pembaca yang budiman merasakan hal yang sama,
bersyukurlah saja, karena di hadapan Anda sedang disajikan “ladang
amal”. Manfaatkan agar betul-betul menjadi ladang amal, toh Anda
sendiri dan anak turun kelak yang akan mengunduh hasil panen atas apa yang anda tanam di ladang amal pada hari ini.
Nilai Utama ; Memenuhi Tanggungjawab Orang Lain
Nilai paling utama pada saat kita menebus karma turunan, karena kita
menyelesaikan tanggungjawab orang lain, bukan tanggung jawab kita
sendiri. Rumus ini berlaku pula manakala Anda mengangkat seorang bocah
terlantar menjadi anak angkat anda. Kenapa anak angkat seringkali jauh
lebih ngrejekeni (membawa rejeki) dibanding anak sendiri ?
Itulah jawabnya, karena anda memenuhi tanggungjawab orang lain. Sepadan
pada saat Anda membantu atau menolong orang yang sedang dalam kesulitan
besar. Esnsi dari menolong dan membantu sesama, adalah Anda menghandle
beban hidup orang lain menjadi tanggungjawab anda. Itulah nilai
kebaikan paling utama. Silahkan dibuktikan sendiri. Karma baik dengan
segera akan Anda rasakan. Ngunduh uwohing pakarti akan segera anda alami. Kebaikan yang anda lakukan akan berbalik pada diri anda sendiri, bahkan dengan rumus gema suara, kebaikan akan menjadi berlipat ganda. Asalkan dengan ketulusan tanpa batas.
Sampai di sini, saya menyimpulkan, bahwa “pagar gaib”
yang paling kuat mampu membentengi diri kita sendiri dari segala macam
marabahaya, musibah dan bencana, tidak lain adalah kebaikan yang kita
lakukan. Semakin banyak kebaikan kita lakukan, semakin tebal dan kuat
pula “pagar gaib” menyelimuti diri kita. So, tak perlu kita minta-minta
dipagari dengan berbagai ilmu kebal. Karena yang mampu melakukan
pemagaran paling kuat, adalah diri kita sendiri. Pemagaran yang
dilakukan oleh orang lain, hanya bersifat temporer atau dapat bekerja
untuk sementara waktu saja. Setelah itu akan pudar lagi, lantas menjadi
mudah diguna-guna, disantet, tenung, dan dicelakai oleh orang lain.
No comments:
Post a Comment